Jumat, 23 Maret 2012

Reader your heart..

Aku tak bisa membaca matamu. menerobos kedalam hatimu. Masuk kedalam hidupmu. Tapi kamu..
Kamu seenaknya masuk kedalam hidup dan hatiku. Tanpa permisi, kau tinggalkan perih. Menggoreskan luka dihidupku. Mungkin.. Menyakitiku adalah sebuah kepuasan duniawi bagimu.. Tapi, kesakitan yang ku terima dan yang kau beri, telah menjadi pengalaman menyakitkanku.
Tak apa.. Aku sudah biasa begini. Bukan, bukan terbiasa tersakiti, tapi terbiasa mencintai diam-diam.
Aku mengaku, aku adalah segelintir orang yang jatuh cinta sendirian. Menyayangi manusia yang justru aku tak kenal. 
Jujur, disisi lain aku tak mengenalmu. Namun lucunya, aku menyukaimu. Itu sama saja aku menyukai fatamorgana, bukan? Aku meyukaimu lewat jendela kelas, mengintip dengan kedua bola mataku. Melihatmu dari kejauhan tanpa kau tahu apa pun, sudah cukup bagiku. Yaa, anggap saja aku sedang melihat bintang yang ada dilangit dari bumi. Dan, anggap saja bahwa kau sedang tak diamati siapa pun.
Namun, tiba-tiba retina mataku mengecil saat ku melihat ada seseorang perempuan yang membantumu memakaikan dasi yang digantung dibawah lehermu. Itu cukup diterima dihati. Aku maklumi. Kau kan tidak mengenalku, bukan? Tak sewajarnya aku cemburu. Toh, kita memang tidak memiliki hubungan apa pun kan?
Saat aku tahu bahwa kita berbeda, aku mulai merasa bahwa memang seharusnya melalui jendela ini-lah aku mencintaimu. Jendela bagaikan perantara awa dari perjalanan hidupku. Tak masalah.. Selama aku masih bisa melihatmua itu sudah cukup. Tak percaya? Tanyakan saja pada hatiku..
Aku mencintaimu buka karena "kamu siapa", tapi karena "siapa kamu".
Tak hanya jendela, melalui perantara bernyawa pun, perlahan aku dapat mengenalmu. Mengetahui apa yang kamu suka dan tidak kau sukai. Kau anak keberapa, dan dimana kau tinggal. Perlahan, tapi pasti. Biarpun aku mungkin tak dapat menggapai bintang (kamu), tapi dengan mengenalmu dari kejauhan itu sudah cukup untukku. Aku tak serakah, kan?