Kamis, 28 Februari 2013

Terluka Diam-Diam

Aku suka saat aku dapat melihatmu melalui lirik mataku,
di penghujung mataku, aku masih bisa menangkap bayangmu..

Tapi aku takut.

Entah sampai kapan akan seperti ini?
Ketika aku hanya dapat melihat tanpa meraba,
ketika aku hanya bisa mengkhayal, tanpa dapat meraih,
dan ketika aku bisa merasa, tanpa harus memiliki..

Sebegitu kuatkah perbedaan di antara kita?
Hingga tak ada ruang untuk adanya persamaan..

Aku terlalu lama menunggu..
Sampai aku tak tau, dari mana aku memulai,
dan kapan aku akan mengakhiri..

Rasa rindu yang menggelegar terasa seperti muntahan gunung berapi yang menghasilkan larva.
Aku merindunya.
Hingga aku tak tau, dengan siapa aku akan berlabuh..

Perasaan ini sungguh menyiksa..
Aku tak bisa pergi,
dengan meninggalkan perasaan ini.
Aku tak bisa lari,
dengan sejuta angan yang belum sempat ku raih..

Aku ingin menghentikan semua ini,
karena aku tau, sampai kapan pun, aku tak 'kan pernah mendapatkanmu.
Aku memendam rasa yang 'ku bina sejak kita bertemu dulu..
Karena cinta dimulai dari kenyamanan..

Dulu aku  nyaman bersamamu,
itu yang membuatku "mencintaimu".

Aku mengalah.....untuk menang.

Aku biarkan mataku melihat kau bermesraan dengannya.
Aku relakan hatiku terkoyak saat kau berkata, "aku mencintainya seperti aku mencintai mama".
Dan aku biarkan telingaku mendengar setiap curhatanmu, celotehmu...tentang dirinya.

Kau agungkan dia, kau banggakan dia di hadapanku.
Tanpa kau tau, orang yang sedang kau pinta untuk menjadi pendengarmu, diam-diam memendam rasa kepadamu.

Kau tak pernah sadar!

Segala perhatian dan kepedulianku selama ini kau anggap hal yang tabu.
Kau fikir semua itu karena ungkapan sosial.
Padahal, itu karena ungkapan perasaanku.
Perwakilan dari segala rasa cintaku.

Karena aku tak mau terlalu jujur....padamu.

Aku tak akan bilang jika "mungkin" perasaanku jauh lebih besar dari orang yang saat ini kau cinta, kepadamu..
Karena itu terlalu bodoh.

Sebab aku bukan Dewa..
Sebab aku bukan Tuhan yang dapat mengetahui isi hati semua orang,
dan aku bukan malaikat yang mencatat setiap perlakuan manismu kepadanya.

Khayalku mulai merajalela.
Ketika aku sematkan ingatan tentangmu dalam benakku..
Harapan-harapan itu..
Segala keinginan itu..
"Hanya ada dalam pikiranku"
Semuanya hanya logika..
Logika indah dalam memori..

Ini tanda kasih yang tertunda..
Yang tak sempat aku ungkapkan..
Sebab kau telah bahagia bersamanya..